Saturday, September 5, 2020

Melawan Virus Corona


gambar hanya ilustrasi


Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke- 75 baru saja dilalui, karenanya judul perjuangan yang saya gunakan diatas, masih menggambarkan nuansa kebatinan dari true story yang saya tuliskan berikut ini. 

Hari kamis tanggal 27 Agustus 2020 sekira jam 12 malam saya terbangun dari tidur,  ada panggilan masuk di handphone istri saya, teman staf dikantor menelepon dan mengabarkan bahwa atasan saya semenjak tadi malam berusaha menghubungi  namun tidak diangkat dan dijawab, saya baru tersadar bahwa handphone dalam posisi silent selepas sholat Isya di masjid kantor, sampai di rumah jam 9 malam, lalu karena kecapean saya pun tertidur. Benar saja setelah saya cek handphone, ada beberpa panggilan masuk yang tidak terjawab termasuk dari bos saya tadi.


Tidak lama berselang atasan saya menelepon lagi seraya mengabarkan berita yang  membuat saya shock, hasil tes swab covid 19 saya hari senin, dinyatakan reaktif positif oleh dokter. Saya sempat blank, campur aduk seperti tidak percaya karena baru bangun tidur dan cemas dengan kabar yang baru diterima. Bos saya berpesan supaya tetap tenang, ambil air wudhu, istirahat dan minum vitamin serta menjaga kesehatan dan melalukan isolasi mandiri. Pikiran saya langsung tertuju pada anak-anak dan istri saya, perasaan khawatir menularkan virus karena kami tidur dalam satu tempat tidur. Bos saya juga mengabarkan berita itu kepada istri saya, walau saya lihat reaksinya biasa saja, mungkin karena baru beberapa minggu lalu swab dengan hasil negatif dan temen-temen di kantornya sebanyak 21 orang pegawainya dinyatakan reaktif positif, sehingga dia bisa lebih tenang.

Setelah mendapat penjelasan dari bos saya, kami pun bersepakat, saya harus isolasi mandiri, dikamar lain, kebetulan ada kamar kosong dirumah kami. Saya persiapkan perlengkapan seadanya dulu, seperti kasur, bantal, guling, sarung dan vitamin serta suplemen kesehatan yang memang selalu kami siapkan di rumah semenjak wabah covid ini melanda.

Arshyla anak kami yang belum genap satu setengah tahun umurnya, masih minta digendong sebelum papanya pamit untuk isolasi mandiri, biasaya Cila, panggilan kesayangannya, memang manja bila ada saya, jika papanya sedang tidak keluar kota, selalu minta digendong papanya sampai dia tertidur.. mulai deh mata ini basah... eh muka boleh Rambo tapi hati tetep Rinto pemirsah......, saya bangunkan kakak pengasuhnya lalu saya jelaskan bahwa hasil tes swab saya positif dan saya harus segera isolasi mandiri, untuk mencegah penularan. Alamak, padahal sebelum hasil tes swab ini keluar, saya masih tidur bersama anak-anak meskipun saya memakai masker, saya juga masih gendong Cila sebelum tidur. hikss... basah lagi dah mata... ih paaan sih kayak film-film drama di Indosiar aja " ku menangis....  membayangkan... betapa kejamnya dirimu atas diriku........ "

Setelah berada di kamar isolasi, saya mulai berusaha untuk tenang dan berpikir jernih, teman saya kakak Ima yang baik hati dan tidak sombong serta rajin menabung masih menelpon saya dan mengabarkan berita yang sama,  kakak Ima ini memang yang jadi seksi sibuk gitu memfasilitasi temen-temen dikantor melakukan tes swab, saya buat tracing list 24 jam terakhir saya bertemu dengan siapa saja di kantor dan saya buat sedetil mungkin supaya tidak ada yang terlewat untuk mencegah penularan kepada yang lain dan saya kirimkan ke kakak Ima melaui pesan whatshap, agar orang-orang yang bertemu atau bersinggungan dengan saya mengantisipasi.

Mungkin ada pembaca budiman yang bertanya, kenapa hasil swab belum keluar saya masih pergi ke kantor? Itu adalah kebijakan pimpinan dan lembaga untuk tetap ada yang piket di kantor 30% dari kuota pegawai yang ada, karena ruangan tidak boleh kosong, sementara sebagaian besar teman-teman kantor dinas luar kota selain ada jadwal kegiatan fullboard di Bogor, akhirnya saya pun tetap masuk kantor, tentu tetap dengan melasanakan protokol kesehatan yang  ketat. 

Sedangkan swab masal itu sendiri dilakukan hari senin tanggal 24 Agustus 2020, tepat satu hari setelah tanggal kelahiran saya, bahkan dokter yang melakukan tes sempat mengucapkan ucapan selamat ulang tahun, xixi makasih bu dokter,  pasca salah satu pegawai di tempat kami hasil swab-nya reaktif positif setelah beberapa hari sebelumnya bertemu dengan salah seorang pejabat daerah yang melakukan kunjungan ke kantor kami, sang  pejabat tadi juga didiagnosa positif covid. Seharusnya setelah melakukan tes swab kami wajib isolasi mandiri sambil menunggu hasil yang tiga hari baru keluar.

Isolasi mandiri "isman"  hari pertama paska hasil swab keluar menjadi hari yang paling dramatis, pagi-pagi Fais anak saya yang pertama menanyakan keberadaan saya, dia protes karena dianggapnya saya sudah pergi ke kantor tanpa pamit, karena sudah menjadi rutinitas saya jika dirumah, selalu pamit dengan si anak paling ganteng, memeluk dan memberikan do'a serta semangat tentunya... yewwww.. semoga jadi papa yang baik di mata anak-anak. 

Karena belum punya mental dan cara untuk menjelasakan, saya jawab seadanya aja ke Fais kalau saya juga ada dirumah, terus dikejar lagi pertanyaan "papa dimana aku nanya lho ??", akhirnya saya jawab di kamar atas, dibalas lagi "papa di atas genteng kan??"... wkwkwkwk.. saya balesnya seraya mengusap mata yang basah lagi... sumpeh mewek... ih ampun dweh... cemas aja gimana kalau virus ini menular ke Fais, padahal selama ini udah ketat banget bahkan cerewet untuk selalu menjaga protokol kesehatan, Fais nyaris tidak pernah keluar rumah selama masa covid, bermain diluar rumah saya larang, semua aktivitas sekolah dilakukan via daring,  sampai dia cerita kalau sudah rindu dengan sekolahnya, guru-guru dan temen-temenya yang suka godain dia karena kepolosannya, saya tampilkan pesan whatsahap nya fais pagi-pagi itu, sebagai peringatan, sebisa mungkin dihindari virus ini,  karena walau imun kita kuat, jika sudah positif pasti kelimpungan juga dibuatnya.


Ketika  saya masih beres-beres kamar isman yang lumayan  berantakan, eh tiba-tiba fais sudah muncul di kamar, saya kaget tapi coba tidak menunjukan, saya jelaskan kalau masih beres-beres kamar karena kamarnya sudah kotor dan berdebu sekali, akhirnya doi nurut, langsung saya japri mamanya supaya menjelaskan kondisi papanya dan jangan naik ke kamar atas dulu, tempat saya melakukan isman.

Supaya tenang dan mengetahui kepastian, tanpa menduga-duga dan prasangka, saya pun meminta semua orang dirumah untuk rapid tes di rumah sakit, alhamdulillah hasilnya non reaktif, paling tidak sedikit menenangkan hati saya, karena yang saya khawatirkan dari semalam tidak terjadi, tinggal saya yang harus berusaha extra ketat supaya tidak menulari ke yang lain.

Selesai beres-beres kamar, ngepel lantai kamar. mencuci baju seprai, sarung bantal dan guling yang dipakai semalam, saya baru baca detil pesan whatshap dari dokter Anna, dokter  klinik Zicare yang  melalukan tes swab di kantor kami, semalam saya cuma jawab besok saya telpon dok, siapa yang tidak kesal, kenapa memberitahukan hasil tes pada waktu tengah malam, disaat temen-temen kantor yang lain semenjak pagi sudah mengetahui hasil tes swabnya. Please deh Ibu dokter pilihlah waktu yang tepat, beruntung saya dirumah, coba jika sedang dijalan, lalu pingsan, kan sama berbahayanya atuh  sama si corona.

Dokter Anna menjelaskan bahwa hasil tes saya sudah dicek ulang sampai dua kali untuk memastikan ke validannya,  saya pun memaklumi, walaupun sampai hari ini belum menerima bukti fisik hasil tes tersebut. 

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT., Tuhan yang Maha Berkuasa, karena saya tidak merasakan gejala apa-apa, bahkan sampai hari ini,  dokter menyarankan saya untuk isman, selalu memakai masker, minum vitamin dan berolahraga, siap atuh kalo itu mah, karena selama masa covid runtinitas ini sudah biasa saya lakukan. 

Saya nyaris tidak menggunakan kendaraan umum lagi, sedia masker di tas, selalu pakai masker, cuci tangan dengan sabun, berjemur dan peregangan badan pagi-pagi, minum vitamin, susu beruang, madu, sesekali minum jamu tradisional. Tapi ya kalau Sang Maha Pencipta sudah berkehendak kita bisa apa???,  mangkanye tong, jangan sombong apalagi takabur, kita mah gak ada apa-apanye di depan Sang Maha Pemilik. halah jadi tausiah... hahaha...peace

Hari pertama menjadi hari berbagi simpati dan dukungan buat saya, pesan dukungan dan do'a teman-teman kantor terus masuk melalui pesan whatshap, saya paham, bahwa saya sudah divonis positif terkena virus yang paling mematikan saat ini, sehingga temen-temen saya, bahkan yang dari luar kota pun bersimpati, saya tidak tahu seviral apa kabar saya di kantor hahaha.

Terima kasih atas  do'a, support dan dukungan moril dan materi kepada  saya untuk tetap sehat dan diberi kesembuhan seperti sedia kala, semoga Yang Maha Kuasa yang akan membalas kebaikan teman-teman semua. Oh ya hari ini adalah hari ke 13 saya isman, Alhamdulillah sampai hari ini saya tidak merasakan gejala apa pun dan satu hari lagi saya bisa melakukan tes swab ulang untuk mengetahui kondisi terakhir, do'akan yang terbaik ya pembaca yang budiman.

Banyak hal yang tidak terduga, bahkan bagi saya suatu keajaiban, yang saya alami dimasa isman ini, butuh waktu untuk menuliskannnya, termasuk tips selama mengikuti masa isman dirumah, seorang teman berpesan bahwa kebaikan itu harus ditularkan, seraya mengingatkan jangan ingat teman dimasa sehat dan baik-baik saja, tapi ingatlah teman mu disaat kondisi apapun, terima kasih  atas nasehatnya, semoga tidak pernah terlupa. Harapannya selalu ada energi positif untuk melanjutkan tulisan ini, menebar kebaikan dalam mencegah penularan virus corona.

Semoga tulisan ini bermanfaat dan salam sehat selalu 😊    

No comments:

Post a Comment