Monday, November 28, 2011

Falih dan Cerita Mandi Bola


Sikap Falih seoarang anak berusia delapan tahun begitu aneh beberapa minggu ini, tidak seperti hari-hari biasanya, dia lebih senang mengurung diri di dalam kamar, keceriaan seolah hilang dari dirinya. Sifat periang yang dimilikinya pun lenyap entah kemana.

Rizal ayahnya adalah seorang pegawai swasta yang mendapatkan promosi jabatan di luar daerah sedangkan Rheni ibunya , pegawai negeri sipil di sebuah instansi pemerintah di kotanya. Keduanya selalu disibukkan dengan rutinitas pekerjaannya masing-masing.

Tuesday, November 22, 2011

Terbanglah Terus Timnas Garuda Indonesia



Kekalahan memang menyakitkan, apalagi itu terjadi di negeri sendiri, di hadapan ribuan pendukung setia Timnas Garuda Indonesia. Harapan dan asa itu terbang bebas setelah 120 menit yang membuat jantung berdegup kencang berlalu.Terbang oleh kata-kata menakutkan kalah dari keberuntungan sebuah adu pinalti. Dahaga gelar membuat semua komponen bangsa ini bersatu untuk membela dan mendukung Garuda Muda meraih mimpi itu.

Kerja keras telah di tunjukan oleh mereka, berjuang mati-matian, jatuh bangun dan tersungkur mencium tanah hanya untuk mempertahankan gawang dari kebobolan. Daya juang yang tinggi semangat pantang menyerah seperti simbol bahwa mereka adalah pemuda-pemuda yang ikut berjuang membela tanah air ini, bukan dengan mengangkat bambu runcing seperti pahlawan pendahulu mereka, melainkan melalui sepak bola.
Dan  malang memang tak dapat ditolak untung pun belum dapat diraih, karena dewi fortuna telah memilih sang lawang untuk menjadi juara. Tapi ingatlah kawan bukankah kegagalan itu adalah keberhasilan yang tertunda, kami percaya itu.

Sunday, November 20, 2011

Pigura Kenangan


“Aku ingin mengajakmu makan malam lagi Mel, seperti seminggu yang lalu. Di tempat biasa kita makan dulu.” Suara berat Jimmy di seberang telepon seperti meminta. Meli terdiam sesaat, mencoba berfikir sejenak untuk mencari alasan agar bisa menolak tawaran itu. Jika ajakan-ajakan sebelumnya dia tidak sanggup menolak, tapi tidak untuk malam ini.

“Mel, kamu masih mendengar suaraku kan?” suara Jimmy kembali terdengar dalam kesibukan Meli mencari-cari alasan penolakan.

“Iya Jim, terdengar sekali kok.” Sahut Meli cepat dengan nada yang dibuat riang. “Tapi maaf, dengan berat hati aku menolak. Aku harus menyelesaikan tugas kantor karena sudah dikejar deadline.” Ujar Meli bohong dan berusaha keras membuat aksen bicaranya menjadi meyakinkan.

“Baiklah kalau begitu Mel. Tetapi aku tetap berharap suatu saat kita bisa makan bersama lagi. Berdua.” Kali ini suara Jimmy terdengar kecewa mendengar kalimat penolakan dari Meli.

Meli menghempaskan tubuhnya ke tempat tidurnya yang empuk setelah Jimmy menutup teleponnya tiba-tiba. Fikirannya melayang jauh, batin masih berkecamuk. Ada sesal, setelah dia menolak ajakan Jimmy. Semenjak pertemuannya dengan Jimmy suatu siang di sebuah mall, kini lelaki itu kembali mengusik hari-harinya setelah hampir sepuluh tahun mereka berpisah. Bayangan masa lalu yang sudah dikuburnya dalam-dalam, perlahan kembali terpampang jelas di pikirannya. Jimmy pernah mengisi hari-hari indah Meli. Empat tahun mereka berpacaran, bukanlah waktu yang sebentar karena banyak kenangan yang sudah mereka lalui bersama, sampai akhirnya mereka berpisah karena orangtua yang tidak pernah merestui hubungan mereka.

Meli masih terhanyut dalam kenangan masa lalu dan tidak menyadari Erwin masuk ke dalam kamar. Bahkan ketika Erwin meletakkan tas hitamnya di atas meja. Lalu ia membuka kemeja lengan panjang yang dipakainya dan memasukannya ke dalam keranjang cucian di balik pintu kamar.

Tuesday, November 15, 2011

Saya Suka Gaya Wim di Pinggir Lapangan



Mengecewakan, itulah kata-kata yang terucap oleh mungkin hampir seluruh pemirsa TV dan pecinta Timnas Garuda, setelah melihat hasil akhir pertandingan Indonesia vs Iran yang berkesudahan 1-4 buat tim tamu. Tanpa mengurangi rasa hormat kepada punggawa-punggawa Timnas yang sudah berjuang mati-matian untuk setidak-tidaknya menuai hasil seri, harus diakui Timnas senior kita memang masih setingkat di bawah tim Iran.

Yang lebih mengecewakan lagi menurut saya adalah melihat sang pelatih, yang sepanjang pertandingan tidak tampak sekalipun berdiri di pinggir lapangan, memberian support, instruksi ataupun perintah yang bisa membangkitkan daya juang pemain-pemain yang sedang berada di tengah lapangan. Entahlah apakah instruksi ataupun support sang pelatih sudah habis-habisan di berikan di ruang ganti, atau memang para pemain dibiarkan saja menanggung beban mental ketika tengah di bombardir oleh pemain-pemain lawan.

Sunday, November 13, 2011

Halte dan Cerita Hujan

 
ilustrasi : www.wartanews.com


Faishal memacu motornya kencang, karena langit sudah semakin gelap dan pekat, angin sudah mulai bertiup kencang, sepertinya hujan lebat akan turun di sore ini. Tak sanggup ia membayangkan jika dia sampai terjebak oleh hujan, kemacetan dimana-mana, belum genangan air yang sering membuat jalan yang dilaluinya pulang kerja menjadi lautan air.

Tapi untung tak dapat diraih malang tak dapat di tolak, hujan pun turun juga, dimulai dengan rintik-rintik, kemudian menjadi seperti air bah yang ditumpahkan dari langit. Angin kencang pun bertiup merobohkan pohon besar yang ada di pinggir jalan, dekat trotoar.

Mau tak mau Faishal pun akhirnya menepi, dengan tergopoh memarkirkan motornya, jaket hitam yang di kenakanya sudah basah terkena air hujan. Baru saja dia berteduh di sebuah halte bus di pinggir jalan, sebuah sedan silver melintas dan melaju dengan kencang, sehingga menimbulkan cipratan air yang mengenai sepatunya yang mengkilap.

"Sompret, sialan loe ya, udah tau ujan bawa mobil kayak setan, gak punya mata kali yah " Faishal menghardik dan mengumpat, tapi yang diumpat tetap berlalu dalam guyuran hujan yang semakin deras, sehingga umpatan Faishal itu tidak mungkin terdengar, bahkan mungkin umpatan itu hanya terdengar olehnya sendiri.

Pengamen Malam

Di bus itu kau nyanyikan lagu
Lagu lama yang masih terdengar merdu
Walaupun kau nyanyikan dengan suara sumbangmu
Hanya demi uang receh yang sangat berarti bagimu

Tak perduli dengan para pendengarmu
Apakah suka,murka, atau tengah terluka
Tetap saja iringan gitar dan nyanyian keluar dari mulutmu
Sungguh kau nikmati semua itu

Hidup ini memang keras kawan
Tak ada sesuatu yang dapat kita gapai
Jika kita tidak mau mencoba meraihnya
Itu menurutmu kawan

Kau sandarkan hidupmu
Di jalanan dan kerasnya kehidupan
Tanpa mengenal takut dan pengecut
Karena kau sudah tahu resiko apa pun yang akan menghadang

Mungkin demi sesuap nasi,sebatang rokok, dan segelas kopi
Mungkin juga demi anak dan istrimu
Atau mungkin demi kesenangan hidupmu
Tapi itulah cara mu mengejar mimpi

Tak sedikit orang yang mencibirmu
Memandangmu dengan nanar dan sinis
Mengaanggap kau bodoh dan malas
Mengaanggapmu hanya pasrah kepada keadaan

Pengamen malam, aku menyebutmu
Menemani perjalananku di setiap malam akhir pekanku
Menghiburku dengan suara sumbangmu
Hanya demi receh yang kadang tidak aku perdulikan tapi berarti bagimu

Ah...Pengamen malam
Bukankah aku pernah menjadi sahabat dan bagian darimu...

*tulisan ngawur, menghilangkan jenuh menghadapi macetnya jalan di akhir pekan..

Ceraikan Aku, atau EGOmu !

“Sudahlah aku capek dengan keadaan ini”.

Praangggg…. Sebuah piring kembali melayang, memecah kesunyian malam. Gwen hanya menangis melihat perbuatan Falih, suami yang dahulu sangat dikaguminya itu.

“Kalau kamu memang sudah memilih jalan itu, kita bercerai sekarang.” Kembali suara Falih terdengar begitu keras, seakan ingin memecahkan gendang telinga Gwen, apalagi kata-kata terakhir “cerai”.

****
Sepuluh tahun lalu Falih dan Gwen adalah dua orang sahabat yang sama-sama aktif di kegiatan kampus mereka. Falih menjadi ketua senat sedangkan Gwen ketua redaksi koran kampus di bangku kuliah yang sama.

“Siapa Gwen itu? Berani sekali menulis opini tentangku. Kenal pun tidak!” Falih Geram membaca pemberitaan tentang jabantannya sebagai presiden mahasiswa di koran kampus.

“Dia kan ketua jurnalis kampus yang baru. Ah, cari muka saja itu, biar Koran kampus ramai” jawab Erwin sahabat Falih.

Falih melempar Koran ke meja dan bergegas menemui gadis yang membuatnya marah. Di ujung gedung UKM, di ruangan bertuliskan “Redaksi” terdengan suara Falih, bernada protes.

“Kamu ngerti etika nggak sih? Menulis tentang aku tanpa konfirmasi terlebih dulu” bentak Falih keras.

“Loh, koq marah? Itu kan rubrik Opini Mahasiswa, dan yang tertulis di situ semua pendapat dari teman-teman mahasiswa koq. Aku hanya merangkumnya, tidak lebih!” Gwen tak kalah keras.

Falih marah. Tapi,… tidak. Di balik marah itu, Falih terpikat. Gadis itu begitu berani, tegas, dan berwibawa. Falih paling benci gadis manja. Tapi Gwen berbeda. Falih langsung bisa menilainya.

“Tapi kau menyimpulkannya sendiri. Dan kesimpulanmu itu keliru nona!” Falih membalas, lebih pada memancing sebenarnya. Dia menggali pribadi Gwen.

“Oh, maaf saja ‘Mr. Perfect’, aku hanya menarik benang merah dari setiap lontaran opini mereka” jawab Gwen sambil menyilangkan kedua lengan di dada. Ketegasan yang mempesona.

****

Thursday, November 10, 2011

Hati-hatilah Ketika Berada di Bus Malam


Pengalaman ini semoga tidak terjadi pada siapa pun, berhati-hatilah ketika naik kendaraan umum di malam hari, terutama bis transit antar kota, baik itu bis AC ekonomi atau AC patas sekalipun.

Kejadian tidak mengenakkan ini terjadi pada saya beberapa bulan yang lalu, ketika saya dalam perjalanan pulang dari Cilegon Banten menuju Jakarta dengan menggunakan bus patas AC jurusaan Merak-Kampung Rambutan.

Saya naik bis patas AC dari Merak sekitar pukul 12 malam, saya memilih naik bus patas AC jurusan Merak-Kampung Rambutan untuk melanjutkan perjalanan saya ke Pasar Minggu. Tanpa ada rasa khawatir seperti biasa saya pun meletakkan tas punggung saya di bagasi yang tersedia di atas tempat duduk. Setelah membayar ongkos, karena badan terasa capek akhirnya saya pun tertidur, dan terbangun ketika saya turun di Pancoran.

Siang harinya setelah sampai di rumah, karena ada data yang saya perlukan maka saya mencari ekternal hardisk saya yang selalu ada di dalam tas yang saya bawa, lama membongkar isi tas tidak saya temukan juga barang yang saya cari tersebut, padahal saya yakin sekali ketika saya berangkat barang itu masih ada di dalam tas.

Angka Sial [FF 100K]




Pesta telah usai, kemeriahan tinggal menyisakan kelelahan bagi si empunya acara. Senja telah berganti malam, lampu kamar pengantin pun telah berubah menjadi temaram.

"Inilah saatnya, sayang" bisik Sang Arjuna di telinga Sang Dewi.

Namun Sang Dewi hanya menggeleng perlahan, sebuah isyarat bahwa Ia belum siap menikmati malam pertama itu.

"Kenapa sayang? bukankah kita sudah sah, menjadi pasangan suami istri?"

Sang Arjuna bertanya, seraya menahan hasrat yang kian memuncak.

Dalam remang cahaya lampu kamar, Sang Dewi meraih kalender meja, lalu melingkari dengan spidol merah, angka 13, tanggal seperti yang tertera di undangan pernikahan mereka. Dan ia pun berkata pelan,

"Maafkan aku sayang, jangan malam ini, aku lagi dapet"

Tuesday, November 8, 2011

Jika Facebook di Kantor di Blokir

1295252772186391415
Pernah punya pengalaman dengan  situs facebook yang  diblokir oleh admin di kantor? Hehe pasti ada perasaan sebel, dan paling tidak ngedumel di belakang, sebenarnya  dilarang untuk kesal dan jengkel dengan perbuatan admin tersebut, karena sang admin hanya menjalankan perintah atasan, yang memang sudah menjadi tugas dan kewajibannya.  Walaupun sang admin sebenernya memilki hobi yang sama, hobi buka facebook, update status , bermain game, sharing photo, atau sekedar menyapa teman dengan mengunakan fasilitas chatinggnya.

Lalu jika situs facebook sudah di blokir di kantor,  apakah dunia menjadi kiamat... ?? haha jangan beranggapan dunia akan kiamat dulu, masih banyak cara yang bisa di lakukan untuk mengatasinya, ingat pepatah, banyak jalan menuju Roma.

Langkah pertama, hentikan kebiasaan yang mungkin dianggap bos sebagai kebiasaan buruk tersebut di kantor, update status gak jelas, chatting dengan selingkuhan , atau pekerjaan jadi terbengkalai semua karena keasikan di depan komputer  bermain game online yang di tawarkan oleh facebook.  Jika sudah terbiasa tidak bermain-main dengan facebook, maka selamat berarti  kualitas dan kuantitas kinerja akan semakin membaik dan meningkat.

Thursday, November 3, 2011

Kuliah Mimpi




"Mau sekolah dimana nak, setelah kamu lulus nanti?" demikian pertanyaan Pak Bejo kepada Dul, anak kesayangannya.
"Saya mau melanjutkan pendidikan saya ke perguruan tinggi negeri Pak" Jawab Dul dengan mantap dan antusias.

"Memang bapakmu mau bayar pake apa buat melanjutkan kuliahmu?," Pak Bejo malah balik bertanya.
"Bapak ini gimana? ya pake uang lah, kan pemerintah sudah mengalokasikan 20 persen anggaran negara untuk pendidikan, nah dari anggaran itu kan kita enggak perlu bayar kuliah" jawab Dul dengan gaya meyakinkan.