Wednesday, October 23, 2013

Pengalaman Pahit Kehilangan Anak di Mal

Kehilangan anak di mal, mungkin akan menjadi cerita yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup saya. Kejadian yang membuat jantung serasa mau copot itu terjadi ketika saya  bersama keluarga pulang mudik lebaran yang lalu di kampung halaman puang di kota Makassar. Cerita berawal  usai bersilaturahmi dengan kerabat yang ada disana sehari sesudah lebaran, saya bersama kakak ipar dan beberapa keponakan singgah di Mal Panakukang, jam menunjukan pukul tujuh malam, lumayan masih ada waktu sekitar dua jam untuk mengajak keponakan dan  anak saya bermain di tempat permainan anak-anak  yang ada di mal ini.

Sebagai informasi, Mal Panakukang adalah mal terbesar yang ada di kota Makassar, berdiri di atas lahan  seluas 70.000 m2, terdiri atas empat lantai dan diisi ratusan tenant  produk-produk terkenal. Sebenarnya jika di lihat dari luar mal ini terlihat biasa saja, tapi setelah kita berada di dalam baru terasa luasnya mal ini, semakin terasa memanjang dan luas karena terhubung dengan Panakukang Square yang berada di seberang jalan dan dihubungkan dengan jembatan multi guna layakanya jembatan yang menghubungkan  ITC dan  Mal Casablanka di Jakarta.

Mall Panakukang Makassar (gambar: www.tourism-makassar.com)

Seingat saya, selama beberapa kali saya  pergi  ke Makassar, baru dua kali saya berkunjung ke mal ini,   sehingga saya tidak hapal  area.  Saya pun harus berputar-putar beberapa kali untuk mencari rombongan keluarga yang terlebih dahulu masuk sesudah saya memarkir kendaraan. Hampir setengah jam saya dibuat pusing mencari "Amazone" sebagai tempat yang dituju keluarga, padahal saya sudah beberapa kali bertanya, kepada pengunjung  dan SPG. Akhirnya dengan bantuan petugas ruang informasi yang kebetulan juga saya temukan di tengah mall, saya diberi petunjuk arah yang benar, yang ternyata berada di Panakukang Square.

Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam lewat, setelah anak-anak selesai bermain, kami pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Dari sinilah tragedi itu dimulai *dramatis cuy,   keponakan bersama rombongan besar berjalan didepan, saya dan Fais (anak saya) berjalan agak jauh di belakangnya, sementara istri saya dan kakaknya yang lain ada di belakang,  mereka beberapa kali  berhenti untuk melihat-lihat barang.

Sampai di lantai dasar arah pintu keluar mal, Fais yang baru berusia empat tahun lebih sedikit itu, nyelonong masuk ke dalam rumah makan cepat saji  AW,  tanpa  ada rasa cemas, saya biarkan saja, karena saya tau yang ditujunya pasti tempat bermain anak-anak yang ada dalam AW. Saya hanya sesekali mengawasinya dari luar, sambil melihat dan menanyakan harga arloji  di sebuah stand yang tepat berada di depan AW tersebut.  Tidak lama beselang istri pun datang menyusul dan bergabung, saat ia bertanya keberadaan Fais dengan santai saya jawab  sedang bermain di dalam AW.


Terlalu asik melihat-lihat arloji membuat saya lengah, beberapa menit saya tidak mengawasi Fais yang sedang bermain di dalam AW. Ketika saya tersadar saya baru tergagap melihat anak saya sudah tidak ada di dalam AW. Bergegas saya masuk kedalam untuk memastikan, seraya berharap Fais hanya sekedar tidak terlihat saja dari luar karena tertutup oleh anak-anak kecil lain yang sedang bermain disana. Namun saya tetap tidak menemukan Fais meskipun saya sudah melongok-longok ke dalam kolong mainan perosotan. Saya berusaha tetap tenang, saya tanyakan kepada pelayan AW dan beberapa pengunjung yang sedang makan, jawabanya tidak ada yang tahu.

Dengan raut yang mulai panik saya ceritakan kepada istri  soal Fais yang menghilang, cemas pun tidak terhindarkan lagi, istri saya segera mencari ke arah pintu depan mal bersama kakanya, sementara saya sedikit berlari menuju pintu keluar yang lain, bertanya  kepada satpam mal yang sedang berjaga di pintu keluar apakah melihat anak kecil dengan ciri-ciri yang saya sebutkan, petugas keamanan pun menjawab tidak melihat, tapi dia akan bantu mengawasi pengunjung yang keluar.

Teringat tulisan blogger emak gaul mba Winda yang juga pernah bernasib sama, segera saya menghubungi bagian informasi yang kebetulan tadi saya temukan di tengah mal. Saya ceritakan bahwa saya kehilangan anak kecil  dan menyebutkan ciri-ciriya, lalu petugas informasi segera memberitahukan memalui  mikrofon bahwa telah terpisah soerang anak laki-laki dengan ciri-ciri yang saya sebutkan dan mohon bantuan jika ada pengunjung yang melihat anak saya tersebut  dapat mengantarkan ke bagian informasi. 

Ditengah pikiran yang terus berkecamuk saya tidak mungkin duduk manis menunggu,  saya pun segera berkeliling melanjutkan pencarian, yang saya tuju Carrefur karena disana juga ada area bermain anak, tetapi hasilnya tetap nihil, Fais tidak bisa saya temukan di area Carrefur.  Beberapa waktu kemudian istri saya  menelepon mengabarkan bahwa ia belum juga menemukan Fais, seraya menyalahkan saya yang teledor tidak mengawasi dengan baik Fais, saya anggap wajar karena ibu mana yang tidak stres menadapati kenyataan anaknya hilang. Badan saya terasa semakin lemas, terlintas bayangan buruk bagaimana jika anak saya diculik oleh orang jahat, tidak  diberi makan lalu dijual, haduh *drama banget.. atau bagaimana jika dia sudah keluar dari dalam mal lalu kebingungan mencari orang tuanya padahal tidak tau jalan pulang. Tanpa sadar mata saya pun berkaca-kaca seraya  berdo'a dalam hati semoga Yang Maha Kuasa menjaga anak saya dan segera dapat saya temukan.

Setelah lama berkeling mencari tanpa ada hasil, saya kembali ke bagian informasi. Cemas masih  terus melanda, meski masih banyak pengunjung, kurang dari lima belas menit mal ini akan ditutup.  Bagaimana kalau  fais tidak juga ditemukan sampai mal ditutup? kemana lagi saya harus mencari? pertanyaan-pertanyaan semacam ini bermunculan di kepala.

Beberapa menit saya berdiri menunggu, keajaiban pun datang. Seorang gadis remaja (bagi saya saat itu dia adalah seorang malaikat) terlihat menggandeng tangan Fais berjalan menuju bagian informasi.  Alhamdulillah puji syukur tidak henti saya panjatkan, akhirnya Fais bisa ditemukan. Berkali-kali saya ucapkan terima kasih kepada gadis yang menemukan anak saya tersebut, sementara Fais terliahat menangis. Lalu Ia bercerita bahwa saat melintas di depan Matahari dia melihat seorang anak kecil sedang kebingungan memanggil-manggil papanya dengan ciri-ciri seperti yang didengarnya melalui pengumuman. Lalu ia pun berinisiatif untuk mengajaknya ke bagian informasi. Plong dan lega rasanya hati, langsung saya gendong Fais dan mengabari istri saya.

Semenjak kejadian itu, jika sedang berada di mal, Fais tidak pernah lepas dari pengawasan, pengalaman walaupuan pahit memang menjadi pelajaran yang sangat berharga. Semoga kejadian ini tidak menimpa siapa pun, tetapi jika memang terjadi juga, langkah pencegahan yang paling cepat  adalah segera malapor kepada bagian informasi dan keamanan tempat tersebut, dan jangan lupa berdo'a kepada Yang Maha Kuasa. Panik, cemas, takut dan bayangan buruk-buruk adalah hal yang lumrah, tapi dengan ucapan  do'a  sedikit menenangkan hati dan Insya Allah diberi petunjuk melalui perantara yang tidak kita duga-duga sebelumnya. semoga bermanfaat.



  



No comments:

Post a Comment