Tuesday, October 29, 2013

Modus Penipuan Calo Terminal Pelabuhan Merak

gambar: http://kantongkuu.blogspot.com

Sebagai gerbang menuju pulau Sumatera, terminal pelabuhan Merak Banten hampir tiap hari dipenuhi oleh penumpang  yang hendak menyeberang menggunakan kapal laut menuju kota-kota di pulau Sumatera, seperti Tanjung Karang, Palembang, Medan dan kota lainya atau penumpang dengan tujuan arah sebaliknya di pulau Jawa. Suasana akan terasa  lebih ramai lagi dihari-hari akhir pekan dan musim liburan. Seiring dengan keramaian tersebut, ancaman tindak kejahatan mengintai para calon penumpang.

Salah satu tindak kejahatan yang sering terjadi adalah penipuan dan pemerasan oleh calo-calo penumpang bis dan travel di bawah jalan layang menuju pintu pelabuhan Merak. Modus yang sering dilakukan, ketika penumpang turun dari bis antar kota di terminal palabuhan Merak, para calo  yang biasanya bergerombol tersebut  langsung menawari calon mangsannya (biasanya penumpang yang terlihat lugu atau berasal dari kampung bahkan ibu-ibu pun tidak luput dari sasaran), untuk melanjutkan perjalanan dengan bis atau travel yang sudah mereka hentikan atau memang biasa berhenti "ngetem"  di bawah jalan layang menuju pelabuhan merak. 

Tidak cukup dengan menawarkan saja, mereka juga sering menarik-narik dan langsung membawa barang bawaan penumpang menuju kendaraan yang mereka maksud, jika penumpang menolak. Bahkan mereka tidak perduli dengan kota tujuan calon penumpang, misalnya kota yang  hendak dituju adalah kota A, tetap saja penumpang dipaksa  naik ke bis/travel yang mereka tawarkan padahal bis tersebut menuju kota B. Jika penumpang berhasil mereka ajak sampai di kendaraan, lalu terjadilah proses tawar-menawar ongkos yang tarifnya sudah pasti diatas tarif sebenarnya.

Wednesday, October 23, 2013

Pengalaman Pahit Kehilangan Anak di Mal

Kehilangan anak di mal, mungkin akan menjadi cerita yang tidak akan pernah terlupakan dalam hidup saya. Kejadian yang membuat jantung serasa mau copot itu terjadi ketika saya  bersama keluarga pulang mudik lebaran yang lalu di kampung halaman puang di kota Makassar. Cerita berawal  usai bersilaturahmi dengan kerabat yang ada disana sehari sesudah lebaran, saya bersama kakak ipar dan beberapa keponakan singgah di Mal Panakukang, jam menunjukan pukul tujuh malam, lumayan masih ada waktu sekitar dua jam untuk mengajak keponakan dan  anak saya bermain di tempat permainan anak-anak  yang ada di mal ini.

Sebagai informasi, Mal Panakukang adalah mal terbesar yang ada di kota Makassar, berdiri di atas lahan  seluas 70.000 m2, terdiri atas empat lantai dan diisi ratusan tenant  produk-produk terkenal. Sebenarnya jika di lihat dari luar mal ini terlihat biasa saja, tapi setelah kita berada di dalam baru terasa luasnya mal ini, semakin terasa memanjang dan luas karena terhubung dengan Panakukang Square yang berada di seberang jalan dan dihubungkan dengan jembatan multi guna layakanya jembatan yang menghubungkan  ITC dan  Mal Casablanka di Jakarta.

Mall Panakukang Makassar (gambar: www.tourism-makassar.com)

Seingat saya, selama beberapa kali saya  pergi  ke Makassar, baru dua kali saya berkunjung ke mal ini,   sehingga saya tidak hapal  area.  Saya pun harus berputar-putar beberapa kali untuk mencari rombongan keluarga yang terlebih dahulu masuk sesudah saya memarkir kendaraan. Hampir setengah jam saya dibuat pusing mencari "Amazone" sebagai tempat yang dituju keluarga, padahal saya sudah beberapa kali bertanya, kepada pengunjung  dan SPG. Akhirnya dengan bantuan petugas ruang informasi yang kebetulan juga saya temukan di tengah mall, saya diberi petunjuk arah yang benar, yang ternyata berada di Panakukang Square.

Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam lewat, setelah anak-anak selesai bermain, kami pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Dari sinilah tragedi itu dimulai *dramatis cuy,   keponakan bersama rombongan besar berjalan didepan, saya dan Fais (anak saya) berjalan agak jauh di belakangnya, sementara istri saya dan kakaknya yang lain ada di belakang,  mereka beberapa kali  berhenti untuk melihat-lihat barang.

Sampai di lantai dasar arah pintu keluar mal, Fais yang baru berusia empat tahun lebih sedikit itu, nyelonong masuk ke dalam rumah makan cepat saji  AW,  tanpa  ada rasa cemas, saya biarkan saja, karena saya tau yang ditujunya pasti tempat bermain anak-anak yang ada dalam AW. Saya hanya sesekali mengawasinya dari luar, sambil melihat dan menanyakan harga arloji  di sebuah stand yang tepat berada di depan AW tersebut.  Tidak lama beselang istri pun datang menyusul dan bergabung, saat ia bertanya keberadaan Fais dengan santai saya jawab  sedang bermain di dalam AW.